Jadi Guru Hononer Itu Berat, Biar Aku Saja !

Jadi Guru Hononer Itu Berat, Biar Aku Saja !


KlikKarawang -  Sejak pagi setiap hari sudah memikirkan siswa-siswanya di sekolah. Padahal mereka punya anak, punya keluarga, yang juga harus menjadi pikirannya.  

Sesampainya di sekolah, harapan seorang guru ini murid-murid tertib dan hormat. Tapi kenyataannya ada saja tingkah murid yang membuatnya kewalahan."Menjadi guru itu berat. Tidak semudah yang dibayangkan,"keluh Nuraeni,  seorang guru honorer di Karawang. 

Guru honorer ini mengungkapkan tanggung jawab sebagai seorang guru bukan hanya sekedar menjadikan murid-murid pintar, tapi juga berakhlak."Tanggung jawab kami bukan kepada kepala sekolah, tapi kepada orang tua, terlebih lagi, tanggung jawab kami kepada Allah,"katanya 

Sejak 2003 dirinya menjadi guru honorer di SDN Lemahmulya II,  Majalaya dan tidak terbayang memikirkan mau makan di restoran, liburan atau belanja di pasar swalayan. Karena honor yang didapatnya tidak menjangkau untuk kebutuhan tersebut. 

Ibu empat anak yang mengajar ilmu agama islam mendapatkan tantangan yang semakin berat. Terlebih lagi dengan perkembangan saat ini media internet, jejaring sosial yang seakan menjadi tempat curhat, games yang membuat malas, hingga menyulap manusia menjadi orang yang berbeda."Karena dari games, banyak sekali sikap dan tindakan yang merubah anak-anak, "tuturnya. 

Namun pengabdiannya tidak surut untuk mencetak anak-anak didik yang diharapkan oleh orang tua.  Meskipun diiringi perjuangan tidak henti-hentinya agar status guru honorer K2 bisa berubah menjadi pegawai negeri tetap. 

Harapan itu mulai pudar karena adanya pembatasan usia untuk CPNS. Usianya yang sudah melebihi 40 tahun semakin sulit untuk berpeluang menjadi PNS. Selasa (18/9/2018), dirinya bersama para honorer di Karawang ikut aksi di depan kantor Bupati Karawang sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang memprioritaskan pelamar umum dalam rekrutmen CPNS 2018. Mengingat honorer K2 usia di atas 35 tahun tidak diberi kesempatan ikut tes CPNS. (nof)